Keliling Pulau Bali dalam 7 hari – Hari Kedua (GWK – Pantai Pandawa)
Hari kedua kita berangkat dari hotel pukul 09.00 WITA (FYI, waktu di Bali lebih cepat 1 jam daripada waktu di Jakarta ya..). Itenerary sebenarnya kita tidak terlalu ketat seperti travelling di Jepang, selain karena masih di Indonesia, pertimbangan tempat wisata di Indonesia belum ada acuan yang pasti terkait kondisi di tempat wisata tersebut, apakah kondisi jalan, cuaca, akomodasi sampai pedagang kaki lima, maklum karena membawa anak kecil kita selalu memastikan tempat yang kita datangi layak dikunjungi anak sehingga butuh banyak waktu dan browsing lebih banyak.
GWK atau Garuda Wisnu Kencana sebenarnya saya kurang begitu tertarik, karena ini buatan manusia saat ini, menurut saya tidak ada yang istimewa. Patung garuda ini termasuk patung tertinggi di Pulau Bali bahkan mungkin di Indonesia dengan tinggi sekitar 121 meter atau 30 meter lebih tinggi daripada patung liberty di Amerika Serikat. Dengan kondisi saat ini, harga tiket masuk sebesar Rp 125rb (belum termasuk naik ke atas), saya rasa terlalu mahal. Untuk naik dapat menggunakan lift dengan minimum usia 12 tahun dan membayar lagi Rp 200rb. Karena saya membawa 2 anak kecil di bawah usia 12 tahun maka kami tidak bisa naik keatas. Tebakan saya mungkin di atas kita bisa melihat pemandangan pulau Bali, mirip jika di luar negeri kita membayar untuk naik ke tower. Saat saya kesini tidak ada perbedaan harga untuk turis lokal dan asing.
Di area ini saya naik mobil listrik (Semacam mobil golf– dan ini gratis) yang membawa kita dari tempat membeli tiket sampai ke lokasi patung GWK untuk berfoto…wkwkwk (foto yang mahal saya rasa). Info dari pak sopir jika musim libur tiba biasanya antrian mobil listrik ini cukup panjang sehingga para pengunjung banyak yang memilih berjalan menuju lokasi patung dan itu lumayan panjang serta panas….aw..aw..aw..aw. Berfoto pun jika kita ingin di spot yang pas dan simetris harus antri, lalu masuk ke bangunan utama untuk melihat sejarah panjang proses pembangunan GWK ini sejak jaman Suharto dan diresmikan oleh Jokowi.
Keluar dari sini kita bisa menikmati cafe terbuka di tempat pemberhentian akhir mobil listrik, sebelum jalan menuju pintu keluar yang lokasinya bagus untuk berfoto…wkwkwk. Saat saya kesana memang suasana cenderung panas sehingga saya tidak berlama-lama di sana. Menikmati es kelapa muda dengan perasaan was-was karena banyak anjing liar berkeliaran (maklum saya pernah digigit anjing waktu kecil, sehingga trauma melihat anjing selalu muncul). Toko souvenir ada di dekat pintu keluar dan ingat saat saya kesana Pulau Bali sedang kampanye NO PLASTIC… jadi beli souvenir atau ke mart jangan lupa bawa plastik sendiri jika tidak mau kerepotan bawa barang. Mushola tersedia di dekat pintu keluar dan di dalam bangunan utama GWK, kamar mandi juga cukup bersih disini. Di sini kami menghabiskan waktu sekitar 3 jam lalu lanjut ke Pantai Pandawa.
Pantai Pandawa ini sebenarnya tidak masuk itenerari perjalanan kita minimal seminggu sebelum keberangkatan, sampai pada suatu saat saya menemukan link situs web pantai cantik di pulau Bali rekomendasi yaitu pantai pandawa dan pantai karma kandara. Pantai karma kandara lebih privat karena dimiliki oleh hotel bintang lima dan untuk menuju ke Pantai ini harus menuruni tebing setinggi 150 meter yang konon katanya jika ingin menggunakan lift harus bayar lumayan mahal per/orang. Akses masuk ke Pantai Karma Kandara tiketnya sekitar Rp 250rb/orang jika kita tidak menginap di hotel tersebut.Atas pertimbangan tersebut kita memilih pantai pandawa dengan karakteristik pantai yang tidak jauh berbeda dengan karma kandara. Karakteristik pantai pandawa yang tenang dan jernih memang membuat banyak anak kecil tidak takut mandi di pantai ini, anak saya yang usia 2.5 tahun selain di pantai ini selalu takut apabila ada ombak datang tapi di pantai ini dia bisa bermain dengan tenang.
Sayangnya tepi pantai pandawa ini tidak langsung pasir putih nan lembut, banyak batu-batuan karang atau karang mati yang berbahaya untuk kaki anak kecil apabila tidak menggunakan alas kaki. Pantai pandawa ini dikelilingi oleh tebing-tebing yang tinggi, tak heran bila banyak aktivitas paragliding di sini. Untuk pedagang dan makanan halal banyak ditemukan di sini, kebersihan kamar mandi juga bertingkat-tingkat, biasanya yang dikelola masyarakat dengan membayar sejumlah uang lebih bersih dan terawat.
Malam hari kami memilih mendarat di sanur untuk menyambut sunrise keesokan pagi di hari ketiga, kebetulan kita menginap di Inna Bali Beach Garden yang mempunyai pantai privat cocok untuk melihat sunrise keesokan pagi.