Family Backpack : Floating Market Damnoen Saduak Thailand

Hari ke-4 kami di Bangkok, seperti yang sudah direncanakan, kami menyewa mobil dari desk travel yang tersedia di lobi Hotel Asia dengan tujuan utama ke Kanchanaburi. Biaya yang disepakati 3000 Baht (~IDR 1.5 juta). Kanchanaburi merupakan salah satu kota di Thailand yang jaraknya (jika langsung) sekitar 130-an km dari Kota Bangkok. Sebelum ke Kanchanaburi, kita akan singgah dulu di floating market Damnoen Saduak di Ratchaburi, berjarak sekitar 100 km dari Bangkok. Thailand ini mirip Indonesia, dan tipikal sesama negara berkembang, di beberapa tempat banyak juga aksi scam/penipuan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Untuk terhindar dari aksi semacam ini memang sebelum backpacking / tur ke Bangkok ada baiknya banyak membaca varian-varian aksi penipuan mereka kepada turis asing. Walaupun suami sudah banyak membaca referensi dari berbagai blog dan situs di Internet, pada prakteknya di lapangan ternyata beda…hahaha. Kita kena aksi scam juga oleh oknum-oknum berbaju rapih di lokasi yang kayaknya ada di mungkin sebagian besar tempat wisata. Mampir ke floating market Damnoen Saduak ini sebenarnya di luar rencana kami, karena pada awalnya kami ingin pergi ke Bridge of River Kwai di Kanchanaburi. Pada saat berbincang-bincang dengan agen travel di hotel, dia mengatakan ada floating market di Ratchaburi yang bisa dikunjungi saat menuju ke Kanchanaburi. Karena Thailand terkenal akan floating marketnya, bahkan menyebutkan bahwa floating market Damnoen Saduak ini adalah yang terbesar dan terkenal di kalangan turis asing di Thailand bahkan di Asia, maka kami setuju untuk mampir juga ke floating market ini. Niat awal kita sebenarnya ingin foto-foto saja lalu segera melanjutkan perjalanan ke Bridge of River Kwai, tetapi pas melihat lokasi jadi pengen nyobain juga naik perahunya. Perjalanan yang jauh dan suasana yang panas membuat si kecil rewel di perjalanan, padahal mobil yang di pergunakan untuk mengantar kita sudah fortuner terbaru infonya…hahahaha. Singkat cerita ketika sampai di lokasi floating market, begitu membuka pintu suami sudah disambut ramah oleh sesorang yang berpakaian bak petugas dan rapih yang menggiring kita ke tempat loket penjualan tiket sewa perahu. Saat itu saya turun lebih fokus ke kondisi diri sendiri yang agak mual mabuk perjalanan dan penyesuaian dengan udara sekitar yang panas. Suami yang juga dalam kondisi menggendong si kecil yang rewel tidak bisa berpikir jernih ketika ditawarin harga 2000 Baht/dewasa, dan 1000 Baht/anak kecil. Total perjalanan 5000 baht atau sekitar IDR 2.5jt. Kita berpikir itu memang tarif resmi, karena ditulis di papan juga tarif 2000 Baht, tetapi tidak ada penjelasan per orang atau per perahu. Sebelum membayar saya lebih fokus memastikan keamanan kondisi perahu. Untuk keamanan dan kenyamanan Insyaa Allah  perahu sudah di desain khusus dan dilengkapi dengan jaket pelampung untuk tiap penumpang. Perjalanan menyusuri sungai ini memakan waktu 1.5 jam – 2 jam tergantung kita banyak mampir di pasar apung tidak.
Anak terkecil saya yang berusia 22 bulan duduk bersama suami di tempat duduk belakang, sedangkan saya duduk bersama anak saya yang 7 tahun di depan. Menggunakan perahu kecil di sungai yang panjang membuat ciut nyali saya yang pada dasarnya tidak bisa berenang, hahahaha. Apalagi membawa 2 anak kecil, alhasil baju pelampung langsung saya pakaikan selama perjalanan. Walaupun sungai terlihat tenang tidak ada ombak, akan tetapi apabila berpapasan atau di salip kapal motor yang berjalan kencang maka ombak tiba-tiba akan datang, dan itu cukup membuat saya deg-degan.  Sepanjang jalan sungai yang kita susuri kita akan melihat banyak toko apung, mirip seperti di Banjarmasin hanya ini lebih tertata dan lebih komersial.
Toko yang akan kita temui rata-rata juga menjual barang yang sama dengan yang dijual di Pasar Catuchak atau MBK, malah kalau saya bilang di sini harganya lebih mahal. Beberapa toko yang tidak saya temui di Catuchak atau MBK adalah toko spice (bumbu rempah-rempah). Sebenarnya seru-seru bumbu yang dijual, misalnya mereka jual shaffron (bumbu rempah yang konon kabarnya memiliki harga termahal di dunia) atau bumbu kari bubuk, atau banyak bumbu bubuk lainnya. Akan tetapi ya itu harganya Subhanallah…wkwkwkwk. Misalnya saja paket bumbu shaffron, lime terus apa saya lupa…ada 4 macam di plastikkin kecil, mereka tawarkan dengan harga 1 juta kalo di kurs khan ke rupiah. Karena saya bukan koki handal akhirnya saya mundur teratur, bahkan menawar pun tidak karena malas….^_^. Akhir kata saya cuma menawar bumbu kari halus, dari harga 550 baht (sekitar 275rb) menjadi harga 200 baht (100rb), masih cukup mahal sih kalau dipikir-pikir, dibandingan waktu beli bumbu kari sejenis di Kelantan, Malaysia. Di sepanjang floating market ini juga akan banyak ditemui kuliner yang belum jelas ke halal-annya bagi umat muslim. Selama kita berkeliling saya hanya menemukan 1 warung makan halal di floating market tersebut, itupun lokasi warung tersebut berdiri sendiri cenderung kelewatan. Untuk buah tropis, banyak ditawarkan oleh perahu-perahu kecil yang bergerak lincah bergerak di sebelah kanan dan kiri perahu kami. Hebatnya perahu-perahu kecil ini dijalankan oleh emak-emak tua, hanya harganya tetep lebih murah di pasar biasa…hahahaha. Coconut yang biasanya ditawarkan 20-30 baht, di sini bisa di tawarkan 50 baht. Jika kita sampai di pusat keramaian pasar maka jangan heran jika kita menemukan macet. Ya di floating market kita juga akan menemukan macet sama seperti jalanan di pasar yang cenderung karena banyak lalu lalang orang maka akan macet. Pada saat kembali ke base, sopir kami tanya bagaimana rasanya, dan saya jawab “Bangkok road traffic jam, river also traffic jam”… si sopir ngakak….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *