Backpacking South Korea : Panmunjom-DMZ
Ada salah satu tagline yang berbunyi : “Mengunjungi Seoul belum lengkap apabila belum berkunjung ke Panmunjom-DMZ”. Ini adalah inti dari segala inti backpacking di Seoul, Korea Selatan. Dari awal kita sudah booking online di Panmunjom Tour (PTC) http://www.panmunjomtour.com/, dimana keberangkatan ke DMZ hanya ada di hari Selasa sampai Jumat. Secara online, kita melakukan booking seat aja, pembayaran dilakukan kantor travel, saat mau berangkat.
Ada beberapa program tour yang mereka tawarkan, saya memilih yang combined tour, yaitu mengunjungi Panmunjom dan DMZ. Pagi2 saya dan suami meluncur dari hotel ke Koreana Hotel. Menuju ke kantor mereka di lantai 6, untuk melakukan pembayaran. Alhamdulillah hari ini tidak ada kejadian apa-apa disana jadi keberangkatan bisa dilakukan. Jika terjadi kejadian2 di DMZ, sudah pasti keberangkatan dibatalkan.
Berangkat jam 08.00 tepat dari Koreana Hotel lantai 2, pemandu tour bercerita tentang keadaan di Korea Utara sekarang. Kemudian dia memperkenalkan seorang wanita Korut yang lari ke Korsel lewat Beijing (defector) dan bagaimana perjuangannya saat melarikan diri. Wanita tersebut menjawab “I am sad but I don’t regret” saat ditanya suami “Apakah anda sedih meninggalkan keluarga di sana?”. Saya, antara fokus dan tidak fokus dengan “konglish” (Korean English) mereka, lebih suka menikmati pemandangan perjalanan dari Seoul menuju DMZ.
Hamparan sawah menguning, pertanian intensif luas terbentang, terkadang membuat bertanya-tanya kenapa Indonesia tidak bisa seperti ini pertaniannya. Akhirnya kita sampai di check point 1, di Imjingak. Kota ini dijadikan tempat reuni bertemunya beberapa anggota keluarga dari Korut dan Korsel yang diadakan pemerintah 2 negara tersebut.
Beberapa waktu sebelumnya sempat ada ketegangan antara Korut dan Korsel gara-gara acara peluncuran balon udara dari pihak Korsel ke wilayah Korut. Korut mengancam melempar rudal jika Korsel tetap meluncurkan balon udara untuk sebuah event yang diadakan disitu.
Desa terakhir yang kita temukan sebelum masuk ke DMZ
Di Imjingak terdapat freedom bridge dan kita masih bebas befoto-foto ria di sini, setelah itu kita segera berangkat ke DMZ. Sebelum memasuki area DMZ, kita akan di periksa paspor dan visa oleh tentara wajib militer korsel.
Warga Korsel khususnya pemudanya wajib menjalani wajib militer selama 21 bulan, jadi semua penyanyi K-pop yang terkenal di Indonesia mungkin dulunya pernah kena wajib militer juga. Pantes tentara korselnya kayak artis semua..:D. Setelah di periksa, saya memasuki tujuan ke-2, yaitu Unification Building, di mana di sini kita udah gak boleh sembarangan foto2an. Suasananya emang udah mulai agak menegangkan sih…tapi masih oke-lah…
Bangunan Unification
Di tempat ini kita di sediakan teropong dengan membayar KRW 500, kita dapat mengarahkan teropong langsung ke arah Korea Utara. Dari teropong ini, saya bisa melihat tiang bendera (yang katanya) tertinggi di dunia dan diatasnya berkibar bendera Kora Utara. Tapi sayangnya kita tidak boleh berfoto-foto di dekat teropong, karena khawatir akan dicurigai kalo pihak Korsel sedang memata2i Korut. Jadi kita boleh berfoto sampai di garis kuning yang telah di tentukan. Bangunan ini dulunya dibangun untuk dijadikan acara reuni keluarga dari Korut dan Korsel yang telah lama terpisah, tapi sayang hal ini tidak pernah terjadi.
Dari sini kita segera pergi ke DMZ, dimana di DMZ ini terdapat The 3rd Infiltration Tunnel, dan diorama mengenai perang Korea beserta museumnya. Masuk ke 3rd Infiltration Tunnel sangat menarik, dimana kita akan dibawa dengan kereta mirip kereta tambang dan menggunakan helm proyek masuk ke 500 di bawah permukaan tanah, sangat lembab gelap dan sempit. Awal kereta turun rasanya sangat sesak di dada, apalagi di tambah kekhawatiran bagaimana kalau mulut guanya runtuh, bisa terkubur hidup-hidup nih. Setelah sampai dibawah, kita dibawa menyusuri lorong sampai mendekati ujung yang diperbolehkan. Jadi, tunnel ini dulunya digali ama tentara Korea Utara uuntuk menyerbu Seoul (saya lupa di tahun berapa), tapi keburu ketauan. Dan ternyata ada beberapa terowongan yang sempat digali mereka untuk menyerbu Seoul.
Sehabis dari sini, kita akan di bawa ke Dorasan Stasiun. Stasiun ini adalah stasiun terakhir di wilayah Korsel sebelum masuk ke wilayah Korut, jika rencana pembukaan jalur kereta ini jadi diresmikan. Tapi sayang sungguh sayang, stasiun yang sedemikian bagus terbangun hanya sekali saja digunakan dulu. Setelah itu pemerintah Korut menutup akses masuk ke negaranya melalui jalur kereta. Hebatnya stasiun ini tetap terawat walaupun sudah tidak beroperasi, tidak karatan atau hilang ornamen2nya. Ada pembelot (defector) dari Korut yang menjadikan jalur kereta ini untuk menyeberang ke selatan dan menembak penjaga stasiun ini. Katanya, butuh 4 menit dari Korut untuk sampai stasiun ini dengan berjalan.
Setelah dari Dorasan stasiun kita makan siang dan untuk pertama kalinya saya mencoba bulgogi sapi, enak juga. Tapi karena makannya bersama-sama peserta tur dalam panci yang besar, di mana semua supit masuk dari beberapa orang yang tidak di kenal, jadi mengurangi kenikmatan makan.
Puncak dari segala puncak tur ini adalah kita di bawa ke JSA building dan Freedom House (gedung biru) yang ditengah2nya melintas garis perbatasan Korut-Korsel. Disini, tentara kedua pihak siaga 24 jam karena memang status 2 negara ini sebenarnya masih berperang.
Sebelum masuk kesini, sekali lagi dicek paspor dan visa oleh, kali ini, tentara Amerika Serikat. Mereka sekalian mem-briefing tentang Do & Don’t selama nanti ke JSA Building dan berhadap2an ke wilayah Korut. Sayang sekali, karna interior Freedom House lagi direnovasi, jadi kami gak bisa masuk kedalam. Walaaah, padahal kita pengen banget masuk kedalem situ karna artinya kita udah melintas masuk wilayah Korut (secara de facto).
Agak kecewa, tapi yah gimana lagi… tapi tension disitu juga udah pol banget. Waktu kita turun dari bis menuju ke JSA building, ada kejadian lucu. Ada nenek2 dari Eropa gak berani turun karna saking tegangnya. Setelah diomongin ama si pemandu tur “we have been this far… bla bla bla”, dengan terpaksa si nenek akhirnya turun juga.
Di JSA building, kita nunggu sebentar untuk persiapan tentara Korsel ke posisi siaga. Lalu, dibawa sama tentara Amerika tadi, dalam 2 baris kita menuju ke teras JSA building yang menghadap ke wilayah Korut. Eng ing eng… semua peserta tur berdiri tegang hahaha….ga ada yang berani foto2 jekrek jekrek. Apalagi dari tempat kita berdiri, di kejauhan keliatan ada tentara Korea Utara yang ngeliatin kita juga. Setelah si pemandu tur memecah suasana kaku dengan tereak2 “c’mon let’s take some photos everybody”, akhirnya kita foto2 juga sih, tapi dengan pose yang paling garing… foto2 tapi masih dalam barisan…. :-))
Selesai dari situ, kita kembali ke bis dan bis memutar melewati gedung biru itu. Wuih… saya sudah berjarak 10 meter dari wilayah Korea Utara… sensasinya hampir melangkah masuk ke negara paling tertutup di dunia. Bis kita juga melewati Bridge of No Return dan bisa meliat sisi sebelah Korea Utara yang semak belukar kusam. Jembatan ini pernah dijadiin scene di salah satu filem James Bond, tapi bukan lokasi aslinya ya…
Kita menuju toko suvenir dan diberi waktu 20 menit untuk beli-beli suvenir. Karna waktunya sebentar, barang2 yang kliatan menarik langsung beli aja gak usah pake tanya2 hahahaha…
Sepulang dari JSA tour kita melewati sungai, sungguh indah sebuah sungai besar dengan aliran air yang lancar dan bersih ditambah matahari yang terbenam di ufuk barat. Tapi sayang sebuah sungai yang indah itu harus terbelah menjadi 2 di mana secuil bagian wilayah Korsel dan secuil bagian wilayah Korut.
Maha Besar Allah yang menciptakan semuanya serba indah, mudah dan luas, ternyata manusia itu sendiri yang membuat sekat-sekat susahnya kehidupan.
Halo, menarik sekali pengalamannya.
Saya juga tertarik untuk ikut tour DMZ, mau Tanya harga tour nya berapa ya kamu waktu itu bayar nya?
Dan booking tour nya ketika di Indonesia atau setelah sampai Seoul sebaiknya?
Terima kasih
maaf baru aktif lagi blognya sis….sudah jadi ke DMZ?