Lumpur Lapindo, Porong, Sidoarjo

Mengunjungi tempat ini adalah membuat aku cuma bisa berucap “astaghfirullah”. Menuju ke luar tol porong jalanan sangat padat merayap, apalagi jika musim liburan tiba. Di sekitar jalan banyak penduduk yang menawarkan jalur alternatif dengan memungut bayaran tertentu. Semua di atur sedemikian rupa jika kita tidak bayar maka tidak bisa melewati jalur alternatif itu. Lumpur lapindo kini oleh masyarakat sekitar dijadikan sebagai wisata lumpur panas, di mana banyak preman liar yang meminta uang apabila kita warga pendatang ingin melihat lebih dekat.

Tidak tahu bagaimana cara perhitungannya, saat saya berkunjung ditarik 20rb untuk 6 orang dan parkir 1 mobil. Sempat terbersit rasa ingin tahu siapa mereka ? apakah mereka bekas penduduk sini yang kini telah berubah menjadi “ganas” ? apakah lumpur mengubah mereka semua ? Semua kini telah diukur dengan uang.

Puing-puing Bekas PerumahanGambar di atas adalah sisa-sisa rumah yang kini telah tenggelam oleh lumpur. Di tempat ini pula banyak penduduk sekitar yang mengais rejeki dengan menjual VCD rekaman keseluruhan kejadian di porong yang di bundel dengan harga 50ribu. Cukup mahal memang, tapi mungkin itulah salah satu cara mereka untuk bertahan hidup setelah sumber mata pencaharian dan rumah tinggal musnah.

Tanggul Setinggi 8 MeterTanggul setinggi 8 meter saat ini telah dibuat untuk mencegah agar lumpur porong tidak menyebar terlalu luas. Tepat di sebelahnya adalah rel kereta api menuju mojokerto. Pengalaman tidak menyenangkan ketika saya berkunjung ke sini selain panas adalah keselamatan sparepart mobil kita selama diparkir tidak dijamin, karena setelah saya keluar dari lokasi ini saya mendapati karet pengikat slebor sudah mau jatuh seperti ditarik orang.

Puing-puing PabrikGambar di atas adalah puing-puing pabrik yang tersisa dari total 25 pabrik yang ada di lokasi ini. Lumpur telah menambah derita mereka yang tidak tahu menahu apa-apa tentang isi perut bumi yang akan dikeruk oleh segelintir orang. Sampai detik ini semburan lumpur belum juga berhenti…mau seluas apakah lumpur ini nantinya ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *